Superman Is Dead Presents Angels & the Outsiders: Energi Positif & Identitas Baru
Entah karena ketiadaan bir dingin (yang biasanya membuat
mereka lebih energetik), di siang nan terik namun berangin di gazebo di
lantai atas gedung Twice Bar, Poppies Lane 2, Kuta; itu masing-masing
personel Superman Is Dead—walau tetap usil—kental mencuatkan kesan lebih
kalem, makin dewasa, tampak mulai menata cara bicara. Barangkali
perjalanan panjang berliku telah menempa Bobby Kool, Eka Rock, dan Jrx,
menjadi seperti sekarang: menjadi sosok yang lebih tenang.
Bincang-bincang saya—where’s the beer, man?—di tengah hari bolong
tersebut banyak menyoroti Angels & The Outsiders, album ke-4 SID
bersama Sony yang amat-segera rilis; serta dinamika yang terjadi di
keseharian mereka belakangan ini. Silakan simak rangkuman kisahnya.
“Angels” menggambarkan limpahan energi
positif, kepercayaan dan semangat nan tulus dari keluarga, sahabat, fans
serta kondisi manajemen baru mereka yang berangsur menuju ideal.
Sedangkan “Outsiders” dipancang sebagai identitas resmi-baru bagi
komunitas/para penggemar yang sempat tak menentu akibat banyaknya nama
yang terbentuk secara sporadis (seperti: Sidheads, Siders, Sidiot,
etc.). Dan gabungan kedua kata tersebut kemudian membuka babak baru
perjalanan Superman Is Dead di tahun 2009 ini.
Empat belas tahun tujuh album. Tak berganti
personel tak berganti haluan. Akhirnya album istimewa ini terlahir dari
sebuah band punk-rock Indonesia. Album yang diakui oleh Bobby Kool, Eka
Rock dan Jrx sebagai album yang paling sensitif ini banyak jujur
bertutur sebagai manusia yang cinta keluarga namun juga fragile dan
depresif. Seperti tema takut mati sendirian dalam Nights of the Lonely,
atau Bobby yang lirih ingin pulang. Secara pribadi, rasanya seperti
mendengar sebuah soundtrack film drama kisah nyata yang diperankan
langsung oleh pelaku aslinya.
Selain keluar dari pakem punk rock dari
segi mengungkap rasa, di lini musik mereka nekat bereksplorasi dengan
musisi jazz senior seperti Rio Sidik (terompet), Erik Sondhy (piano) dan
Sally Jo (biola). Album berisikan 15 lagu ini juga banyak memuat
kolaborasi dengan musisi local-genius seperti Gembul Navicula (suling),
rekan-rekan dari Tonja dengan ceng-ceng (perkusi tradisional Bali),
hingga choir anak-anak di single utama Kuat Kita Bersinar yang video klipnya disutradarai oleh Patrick Effendy. Catatan mengagumkan lainnya adalah pada Jika Kami Bersama
yang tak hanya ditulis bersama oleh Bobby Kool & Heru Shaggy Dog,
namun juga direkam dan digarap bersama-sama oleh kedua band tanpa ada
satu pun personel yang absen. Whoa!
Kesempatan mengupas-bahas
album-berikut-pengalamannya dengan mereka kali ini terasa sangat berbeda
dengan masa-masa sebelumnya. Kini mereka terlihat dewasa berkompromi.
Bersemangat tapi lebih taktis. Satu-satunya geram ganjalan yang mereka
ungkap adalah mengenai sikap memandang sebelah mata yang masih saja
dilakukan oleh pelaku industri dan media nasional terhadap raihan dan
eksistensi Superman Is Dead selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar